Sebagai Negara yang memiliki daratan luas, keberadaan bendungan yang berfungsi sebagai pengendali air mutlak diperlukan. Waduk Jatiluhur sebagai waduk terbesar di Asia Tenggara sudah membuktikan kemampuannya mengendalikan air dan memberikan manfaatnya bagi alam sekitar.
"Setengah Abad Bendungan IR. H. Djuanda Menghidupi Negeri", tema yang diusung dalam seminar nasional yang diselenggarakan Perum Jasa Tirta II pada hari Selasa, 18 Juli 2017 di Kementerian PUPR, Jakarta. Seminar Nasional yang merupakan rangkaian kegiatan menyongsong ulang tahun ke 50 tahun Perum Jasa Tirta II dihadiri Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Imam Santoso, Ketua Umum Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) Hari Suprayogi, dan para tokoh senior di bidang bendungan dan sumber daya air.
Dalam sambutannya Menteri Basuki menyampaikan tantangan terbesar adalah mempertahankan dan meningkatkan fungsi serta manfaat bendungan sehingga menjamin pendistribusian air tepat jumlah, waktu, dan mutu.
“Untuk ke depannya pekerjaan besar kita adalah untuk terus mengoptimalkan kemanfaaatan Bendungan Jatiluhur yang sudah berumur 50 tahun di Wilayah Sungai Citarum,” ujar beliau.
Bendungan Jatiluhur dibangun pada tahun 1957 dan diresmikan pada tahun 1967. Bendungan ini juga berfungsi untuk pengendalian banjir di hilir, sepanjang saluran Tarum Barat, saluran Tarum Timur dan saluran Tarum Utara seluas kurang lebih 20.000 ha. Selain itu juga sebagai penghasil tenaga listrik (PLTA) yang sudah terpasang sebesar 187,5 megawatt dan fungsi pariwisata serta olahraga air.(humas_cnn)