PURWAKARTA, 20/09/2023 – Menanggapi isu yang beredar di masyarakat terkait kondisi air di Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta saat ini, Jasa Tirta II menegaskan bahwa kondisi tinggi muka air di waduk tersebut masih relatif terkendali sesuai perencanaan dan hitungan yang sudah ditentukan.
Daerah Aliran Sungai Citarum dikelola dengan Sistem Waduk Kaskade yang tersusun dari hulu ke hilir yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur (Ir. H.Djuanda), sehingga air keluar (limpasan) dari Waduk Saguling akan ditampung (diredam) oleh Waduk Cirata dan selanjutnya air keluar dari Waduk Cirata akan ditampung (diredam) oleh Waduk Jatiluhur sebelum mengalir ke hilir Sungai Citarum meliputi Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi.
Sistem Waduk Kaskade tersebut dikelola dengan Pola Operasi 3 Waduk yang disusun oleh Jasa Tirta II, PT. PLN Indonesia Power, PT. PLN Nusantara Power, BBWS Citarum, dan entitas lainnya yang terkait.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono mengatakan dalam Pola Operasi Bersama 3 Waduk pada bulan September sudah memasuki musim kemarau sehingga kondisi tinggi muka air waduk otomatis turun.
“Kami sudah prediksi dengan perencanaan operasi dan kondisi per hari ini masih sesuai rencana dan dalam garis batas operasi normal ya,”ucap Anton Mardiyono.
Saat ini kondisi tinggi muka air (TMA) Bendungan Ir. H. Djuanda pada tanggal 21 September 2023 pukul 07:00 berada di elevasi 94,36 mdpl dari garis batas operasi normal 93, 59 mdpl.
Untuk ketersediaan air untuk kebutuhan layanan di bawah Waduk Jatiluhur, Anton Mardiyono menegaskan secara prinsip pendistribusian air baik saat musim kemarau atau musim hujan memiliki prinsip pemberian air secara efektif.
“Pemberian air harus dilakukan dengan prinsi tepat uang, tepat waktu dan tepat guna. Dalam pelaksanaannya, pemberian air pada musim kemarau memang harus ada effort yang lebih dari pemanfaat air di areal irigasi karena pemberian air sudah ditentukan waktu, kubikasi dan tempatnya. Artinya alokasinya sudah ditentukan,”ujar Anton Mardiyono.
Metode seperti itu dikenal juga dengan giring gilir air. Pola pemberian air seperti itu sudah normatif dirumuskan dan disepakati bersama dengan Komisi Irigasi dan petani pemanfaat air.
“Kedisiplinan para petani ini yang mungkin jadi perlu effort lebih sehingga alokasi air yang diberikan bisa optimal. Petani bisa mendapatkan informasi jadwal giring gilir air dari petugas di lapangan kemudian setiap kabupaten kota memiliki Komisi Irigasi yang biasanya selalu standby apabila dalam kondisi seperti ini,”kata Anton Mardiyono.
Anton Mardiyono menambahkan pasokan air untuk irigasi air minum melalui pdam, dan industri dapat dipasok sampai akhir tahun 2023 dengan catatan semua pihak mematuhi kesepakatan alokasi air yang sudah disepakati bersama.
Sedangkan apabila hujan belum kunjung turun, Jasa Tirta II bersama PT. PLN Indonesia Power dan PT. PLN Nusantara Power, BBWS Citarum (Kementerian PUPR) dibantu BMKG, BRIN akan menyiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
“TMC kita rencanakan di Bulan Oktober dan target menghasilkan air efektif di Bulan November dengan target menambah tampungan air di 3 Waduk ± 450 juta m3,”ucap Anton Mardiyono.
TMC akan dilaksanakan untuk 30 hari operasi dan pelaksanaannya masih fleksibel apabila memang potensi awannya masih cukup tinggi dan kebutuhan air di 3 waduk masih diperlukan tambahan.
“Saya mewakili pengelola 3 waduk (Saguling, Cirata, Jatiluhur), Kementerian PUPR, BBWS Citarum menyampaikan kondisi per hari ini sesuai dengan apa yg direncanakan dan dioperasikan sehingga tidak perlu ada kekhawatiran berlebih terhadap pasok air irigasi, air minum melalui pdam, dan air utk dunia industri,”ucap Anton Mardiyono.
Dengan kesepakatan pola operasi yang sudah dioperasikan kepada para pemanfaat bisa dilaksanakan secara bersama-sama di lapangan. Dukungan dari para pemanfaat air sangat diperlukan agar menggunakan air secara optimal sampai di akhir tahun ini.