PURWAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan kerja ke Waduk Jatiluhur untuk meninjau keramba jaring apung (KJA) dan eceng gondok pada Selasa, 15 Maret 2022.
Turut hadir Menteri Kelautan dan Perikanan RI Wahyu Sakti Trenggono, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, dan Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman.
Kunjungan ke Waduk Jatiluhur merupakan rangkaian kunjungan kerja Menkomarves dalam rangka progres pelaksanaan program Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum (PPK DAS Citarum) bertepatan dengan momentum 4 tahun terbitnya Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum yang ditetapkan presiden tanggal 14 Maret 2018 lalu.
Untuk mendukung Program Citarum Harum, Jasa Tirta II telah melakukan beberapa upaya seperti penanaman pohon, program pengurangan pencemaran kotoran hewan melalui biogas berbasis pemberdayaan masyarakat, penataan sungai-sungai mati dan kegiatan operasi dan pemeliharan di DAS Citarum yang termasuk wilayah kerja Jasa Tirta II.
Direktur Utama Jasa Tirta II Imam Santoso menyampaikan bahwa Jasa Tirta II secara rutin melaksanakan operasi dan pemeliharaan serta konservasi Wilayah Sungai (WS), waduk, bendungan, bendung, dan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Mengenai permasalahan keramba jaring apung, Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil mengatakan penanganan keramba jaring apung di tiga waduk kaskade (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) perlu arahan dari Pemerintah Pusat untuk kepastian jumlah kja ideal untuk masing-masing waduk.
Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur salah satu penyebabnya adalah limbah dari budidaya ikan di keramba jaring apung. Pertumbuhan eceng gondok yg masif dapat mempengaruhi kinerja turbin dan produktivitas perairan sehingga perlu dilakukan langkah untuk menanggulangi.
"Problem keramba jaring apung adalah ada perekonomian rakyat tapi tempatnya tidak memadai. Kita sama-sama cari solusi agar volume ekonomi dipertahankan tetapi manajemen lingkungan tetap diseimbangkan. Sesuai konsep gotong royong yang selama ini diadopsi dalam program Citarum Harum,”ucap Ridwan Kamil.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan selama ini Kementerian Perikanan dan Kelautan melalui UPT Balai Riset Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Jatiluhur telah mengembangkan keramba jaring apung ramah lingkungan sistem manajemen air resirkulasi terintegrasi yang diberinama KJA Smart, dengan mengintegrasikan budidaya ikan dengan tanaman.
“Kami telah memberikan dukungan kegiatan perikanan berkelanjutan di DAS Citarum dan pendampingan teknis budidaya ikan, monitoring dan pemberian bantuan bagi pembudidaya yang beralih profesi dan pemberian bantuan sarana budidaya bioflok,”ucap Menteri Perikanan dan Kelautan Sakti Wahyu Trenggono.
Selain itu, menurutnya langkah lain yang bisa dilakukan untuk penanganan keramba jaring apung dengan melakukan moratorium budidaya ikan di keramba jaring apung selama periode waktu tertentu, kemudian dilakukan perbaikan produktivitas perairannya.
Setelah produktivitas perairan pulih maka kegiatan budidaya dapat dilakukan kembali dengan dilakukan penataan yang lebih ramah lingkungan dan pengawasan yang lebih ketat.
Hal senada diungkapkan Menteri Koordinator Bidan Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Ia mengatakan keberadaan keramba jaring apung (KJA) bukan tidak boleh, namun harus sesuai dengan daya tampung dari danau itu sendiri.
"Lebih dari itu mohon maaf, karena enak di kalian tidak enak ke orang lain. Pengaturan ini harus kita sepakati bersama," ucap Luhut. Menkomarves mengapresiasi atas penanganan Citarum Harum semua sektor saling terlibat membantu agar program ini sehingga ada kemajuan.
Kunjungan kerja Menkomarves diawali dengan meninjau lokasi IPAL Bojongsoang, Kolam Retensi Andir, dan Waduk Jatiluhur guna meninjau keramba jaring apung (KJA) dan eceng gondok.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat sekaligus Ketua Harian Sekretariat PPK DAS Citarum Prima Mayaningtias mengatakan berdasarkan hasil evaluasi 2022 Sungai Citarum berada di level cemar ringan.
Sementara di akhir program Citarum Harum pada 2025 mendatang kualitas air Sungai Citarum diharapkan mencapai mutu air kelas II dengan Indeks Kualitas Air (IKA) 60 poin.