KARAWANG - Polemik peternakan ikan dengan skema Keramba Jaring Apung (KJA) yangg diindikasikan menimbulkan polusi terhadap perairan waduk terus diupayakan alternatif solusinya. Sebagaimana polemik yang berkembang selama ini terhadap KJA adalah banyaknya pakan ikan dan kotoran penjaga KJA yg mengotori waduk, disamping keselamatan waduk karena belum tertatanya zonasi dan jumlah KJA yg jauh melampaui daya dukung waduk.

Setelah dilakukan uji coba sejak Tahun 2018, Jasa Tirta II Jatiluhur bersama KKP dan Muspida Kerawang dan Purwakarta, hari ini Rabu 16 Oktober 2019 menggelar panen ikan CBF (Cultured Based Fisheries) yg merupakan penerapan program Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya) di Demplot Curug, perbatasan Purwakarta-Karawang, Rabu (16/10).

CBF merupakan sistem budidaya ikan air tawar yang dikembangkan di perairan waduk dalam rangka Konservasi SDA, dimana ikan CBF tidak perlu ada penjaga dan juga tidak perlu diberi pakan ikan tambahan, karena ikan CBF ditebar bebas di waduk dan memakan plankton yg ada di waduk. Diharapkan dengan sistem CBF ini dapat menjadi solusi atas budidaya KJA, dimana selain tidak ada polusi juga tetap dapat mempertahankan produksi ikan air tawar sekaligus sebagai alih profesi bagi para petani KJA lokal.

Dalam keterangannya ditempat terpisah Direktur Operasional dan Pengembangan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan sitem budidaya ikan CBF merupakan kerjasama antara Jasa Tirta II dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Hal ini merupakan sinergi semua pihak dalam mencari solusi untuk Konservasi SDA, terutama peningkatan kualitas air", kata Aris.

Kualitas air waduk Djuanda menjadi faktor krusial karena waduk tersebut merupakan sumber air untuk memenuhi kebutuhan PLTA, PDAM, Industri dan Irigasi di Jawa Barat.

GM Wilayah IV, Anom Herudjito dalam acara panen CBF menyampaikan untuk mengatasi kondisi tersebut, Jasa Tirta II bekerja sama dengan dengan Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRSDI) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memilih dan menggulirkan alternatif pengembangan perikanan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Satu solusi yang dapat dilaksanakan adalah dengan menerapkan pengembangan pengelolaan perikanan tangkap berbasis Budidaya atau Culture Based Fisheries (CBF), Kegiatan uji coba CBF itu dengan melakukan penebaran benih ikan bandeng sebanyak 50.000 ekor di Demplot SPAM Curug yang telah dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2018”.

Kegiatan CBF di SPAM Curug ini adalah sebagai Pilot Project yang hasilnya akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan CBF di Waduk Jatiluhur.

"Kegiatan ini akan berlanjut di Waduk Jatiluhur seiring dengan program kegiatan Citarum Harum yang akan dilaksanakan di tahun 2019. Untuk para petani ikan yang sudah terbentuk dalam Pokwasmas yang di Jatiluhur dimohon untuk melihat cara pengembangan CBF di Demplot SPAM Curug. Dan untuk para petani yang sudah terbentuk di Demplot Curug bisa bergabung dengan kelompok petani yang ada di Jatiluhur," tuturnya.

Sementara, Ketua Pelaksana, Udien Yulianto mengatakan, atas nama panitia penyelenggara acara panen CBF mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program ini.

"Dalam pengembangan CBF ini, Jasa Tirta II bekerjasama dengan BRPSDI-KKP melakukan penebaran benih ikan bandeng sebanyak 50.000 ekor di Demplot SPAM Curug yang telah dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2018. Selama waktu tsb, dilakukan juga upaya pemberdayaan masyarakat sekitar utk menjaga, memelihara dan hari ini ikut panen, dalam rentang waktu selama 10 bulan akhirnya kita bisa melakukan panen ikan," kata Udien.